Rabu, 01 September 2010

Sisingamangaraja XII (1845 – 1907) Pejuang Islam yang Gigih



Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia tokoh pemersatu. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dia memang bukan raja pertama di sana. Pemerintahan masa sebelum itu dikenal dengan nama bius. Satu bius merupakan kumpulan sekitar tujuh horja. Sedangkan satu horja terdiri dari 20 huta atau desa yang punya pimpinan sendiri. Ada Bius Toba, Patane Bolon, Silindung dan sebagainya.
Dari 12 orang yang melanjutkan dinasti Sisingamangaraja, Singamangaraja XII merupakan raja paling populer dan diangkat sebagai pahlawan nasional sejak 9 November 1961. Lukisan dirinya yang dibuat Augustin Sibarani yang kemudian tercetak di uang Rp 1.000 yang lama, merupakan satu-satunya “foto” diri Sisingamangaraja. Dia naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Singamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon.
Penobatan Si Singamangaraja XII sebagai Maharaja di negri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy(politik pintu terbuka). Belanda merasa perlu mengamankan modal asing yang beroperasi di Indonesia yang tidak mau menandatangani Korte Verkaring ( perjanjian pendek) di Sumatra terutama Aceh dan Tapanuli. Kedua konsultan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Belanda sendiri berusaha menanamkan monopilinya di kedua kesultanan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan peperangan yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Satu yang masih terus jadi bahan diskusi hingga hari ini, adalah agama yang anutan Sisingamangaraja XII. Sebagian yakin, dia penganut kepercayaan lama yang dianut sebagian besar orang Batak. Mirip dengan dua agama besar dunia Islam dan Kristen, agama Batak hanya mengenal satu Yang Maha Kuasa, Debata Mulajadi Na Bolon atau Ompu Mulajadi Nabolon. Sekarang agama Batak lama sudah ditinggalkan, walau tentu saja kepercayaan tradisional masih dipertahankan.
Daya tempur yang sangat lama ini karena di tunjang oleh ajaran agama islam. Hal ini jarang jarang di kemukakan oleh para sejarawan, karena merasa kurang relevan dengan predikat Pahlawan Nasional. Atau karena alasan-alasan lain merasa kurang perlu membicarakanya. Kalau toh mau membicarakan tentang agama yang di anut oleh Si Singamangaraja XII, mereka lebih cenderung untuk mengakui Si Singamangaraja XII beragama Pelbagu. Pelbagu semacam agama animisme yang mengenal pula pemujaan dewa. Debata Mulajadi sebagai mahadewa. Juga mengaenal ajaran Trimurti: Batara Guru (dewa kejayaan), Debata Ser
Satu hal yang sukar diterima adalah bila Si Singamangaraja XII beragama animisme, karena kalu kita perhatikan Cap Si Singamangaraja XII yang bertuliskan huruf arab berbunyi; Inilah Cap Maharaja di negri Toba kampung Bakara kotanya. Hijrah Nabi 1304. Pada cap tersebut terlihat jelas penggunaan tahun hijriah Nabi. Hal ini memberikan gambaran tentang besarnya pengaruh ajaran Islam yang menjiwai diri Si Singamangaraja XII. Adapun huruf batak yang masih pula di abadikan, adalah sama dengan tindakan Pangeran Diponegoro yang masih mengguakan huruf jawa dalam menulis surat.
Begitu pula kalau kita perhatikan bendera perangnya. Terlihat pengaruh Islam dalam gambar kelewang, matahari dan bulan. Akan lebih jelas bila kita ikuti keterangan beberapa majalah atau koran Belanda yang memberitakan tentang agama yang di anut oleh Si Singamangaraja XII, antara lain; Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam jizn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op jizn ongeving uit om zich te bekeeren. ( Sukatulis, 1907, hlm, 1)
Menurut kabar-kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud Titularis adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu memeluk agama Islam yang fanatik, demikian pula dia meneka supaya orang-orang sekelilingnya menukar agamanya. Berita di atas ini memberikan data kepada kita bahwa Si Singamangaraja XII beragama Islam. Selain itu, di tambahkan pula tentang rakyat yang tidak beragama Islam, dan Si Singamangaraja XII tidak mengadakan paksaan atau penekanan lainnya. Hal ini sekaligus memberikan gambaran pula tentang penguasaan Si Singamangaraja XII terhadap ajaran agama itu sendiri.
Mohammad Said, dalam bukunya Sisingamangaraja XII menyatakan kemungkinan benar bahwa Sisingamangaraja seorang Muslim. Pedomannya berasal dari informasi dalam tulisan Zendeling berkebangsaan Belanda, J.H Meerwaldt, yang pernah menjadi guru di Narumonda dekat Porsea. Meerwaldt mendengar Sisingamangaja sudah memeluk Islam.
Di majalah Rheinische Missionsgessellschaft tahun 1907 yang diterbitkan di Jerman yang menyatakan, bahwa Sisingamangaraja, kendati kekuatan adi-alamiah yang dikatakan ada padanya, dapat jatuh, dan bahwa demikian juga halnya dengan beralihnya dia menjadi orang Islam dan hubungannya kepada orang Aceh.
Hubungan dengan Aceh ini terjadi Belanda menyerang Tanah Batak pada tahun 1877. Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut serta pula dalam latihan perang Keumala.
Pertukaran perwira dilakukan. Perwira terlatih Aceh ikut dalam pasukan Sisingamangaraja XII untuk membantu strategi pemenangan perang, sementara perwira Batak terus dilatih di Aceh. Salah satunya Guru Mengambat, salah seorang panglima perang Sisingamangaraja XII. Guru Mengambat mendapat gelar Teungku Aceh.
Informasi itu berdasarkan Kort Verslag Residen L.C Welsink pada 16 Agustus 1906. Dalam catatan itu disebutkan, seorang panglima Sisingamangaraja XII bernama Guru Mengambat dari Salak (Kab. Pakpak Hasundutan sekarang) telah masuk Islam. Informasi ini diperoleh oleh Welsink dari Ompu Onggung dan Pertahan Batu.
Dalam sebuah surat rahasia kepada Departement van Oorlog, Belanda, Letnan L. van Vuuren dan Berenshot pada tanggal 19 juli 1907 menyatakan, Dat bet vaststaatdat de oude S .S. M. Met zijn zonns tot den Islam waren over gegaan, al zullen zij wel niet Mohamedan in merg en been geworden zijn/ Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya.
Surat Kabar Belanda Algemcene Handeslsblad pada edisi 3 Juli 1907, sebagaimana dinyatakan Mohammad Said dalam bukunya, menuliskan, “Menurut kabar dari pendudukan, sudahlah benar raja yang sekarang (maksudnya Sisingamangaraja) semenjak lima tahun yang lalu telah memeluk Islam. Tetapi dia bukanlah seorang Islam yang fanatik, demikian pula dia tidak menekan orang-orang di sekelilingnya menukar agamanya”.
Informasi ini semakin menguatkan dugaan Sisingamangaraja XII telah memeluk Islam. Apalagi terlihat pola-pola Islam dalam pola administrasi pemerintahannya, misalnya bendera dan stempel.
Bendera Sisingamangaraja XII yang berwarna merah dan putih., berlambang pedang kembar, bulan dan bintang, mirip dengan bendera Arab Saudi sekarang. Bedanya bulan dalam bendera Sisingamangaraja XII yang terletak di seblah kanan pedang merupakan bulan penuh atau bulan purnama, bukan bulan sabit. Sedangkan bintang yang terletak di sebelah kiri memiliki delapan gerigi, bukan lima seperti yang biasa terlihat di mesjid dalam lambang tradisi Islam lainnya. Namun benda bergerigi delapan itu bisa juga diartikan sebagai matahari.
Bagian luar stempel Sisingamangaraja yang mempunyai 12 gerigi pinggiran juga menggunakan tarikh Hijriah dan huruf Arab. Namun huruf Arab itu untuk menuliskan bahasa Batak, “Inilah cap Maharaja di Negri Toba Kampung Bakara Nama Kotanya, Hijrat Nabi 1304”. Sedangkan aksara bataknya menuliskan Ahu Sahap ni Tuwan Singa Mangaraja mian Bakara, artinya Aku Cap Tuan Singa Mangaraja Bertakhta di Bakara.
“Sebenarnya bendera dan stempel itu sudah mencirikan corak Islam dalam pemerintahan Sisingamangaraja. Dengan demikian kuat kemungkinan dia sudah memeluk Islam, tetapi tidak ada data otentik jadi tidak bisa dipastikan kebenarannya,” kata Ketua Majelis Ulama Sumut H Mahmud Azis Siregar.
Keterangan lebih mendalam disampaikan, Dada Meuraxa dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumatera Utara. “Sisingamangaraja XII sudah masuk Islam dan disunatkan di Aceh waktu beliau datang ke Banda Aceh meminta bantuan senjata,” kata Meuraxa.
Dalam buku itu Meuraxa menyebutkan, keterangan itu berdasarkan pernyataan seorang sumber, Tuanku Hasyim, yang mengutip pernyataan bibi-nya yang juga istri Panglima Polem yang menyaksikan sendiri upacara tersebut di Aceh.
“Walaupun belum cukup fakta-fakta Sisingamangaraja seorang Islam, tetapi gerak hidupnya sangat terpengaruh cerita Islam. Sampai kepada cap kerajaannya sendiri tulisan Arab. Benderanya yang memakai bulan bintang dan dua pedang Arab ini pun memberikan fakta terang,” tulis Dada Meuraxa.
Singamangaraja XII sendiri bernama Ompu Pulobatu, lahir pada 18 Februari 1845 dan meninggal 7 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan Belanda di Dairi. Sebuah peluru menembus dadanya. Menjelang nafas terakhir, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel itu, dia tetap berucap, “Ahuu Sisingamangaraja”.
Ucapan itu identik dengan kegigihannya berjuang.Turut tertembak juga waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian. Sedangkan sisa keluarganya ditawan di Tarutung. Itulah akhir pertempuran melawan penjajahan Belanda di tanah Batak sejak tahun 1877. Sisingamangaraja sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung. Makamnya baru dipindahkan ke Soposurung, Balige seperti sekarang ini sejak 17 Juni 1953.
sumber :
- http://mjinstitute.com/sejarah/21-si-singamangaraja-xii-gugur-sebagai-pahlawan-islam
- http://khairulid.blogspot.com/2005/03/mempertentangkan-agama-sisingamangaraja.html
di ambil dari: http://serbasejarah.wordpress.com

6 komentar:

  1. Medan— Pahlawan nasional Sisingamangaraja XII merupakan orang Batak pertama yang menulis surat dengan menggunakan kertas ditambah cap atau stempel khusus. Beliau juga sebagai tokoh penting yang meminta kepada para “Belanda Hitam” atau orang pribumi yang jadi tentara Belanda untuk menembakkan senjatanya kepada tuannya sendiri sebagai bentuk pemberontakan untuk membela bangsanya sendiri.
    Pakar Batak dari University of Hawaii Minoa, USAProf Dr Uli Kozok mengungkapkan hal itu pada seminar `Misteri surat-surat Sisingamangaraja XII di VIP Room Gedung Serba Guna Unimed, Kamis (27/11).
    Menurut Kozok, dari tiga cap yang digunakan Sisingamangaraja dalam penulisan surat-suratnya, tidak ada satupun yang mengisyaratkan bahwa beliau beragama Islam. “Cap tersebut tidak mendukung anggapan tersebut karena diyakini bukan berasal dari Aceh tempat Islam berkembang ketika itu, tapi merupakan Aksara Mandaling yang terpengaruh teks Jawi dan Melayu”, terang Kozok.
    Sedangkan huruf yang digunakan dalam surat Sisingamangaraja XII adalah aksara Batak Mandailing, karena dua juru tulisnya Herman Silaban dan Manse Simorangkir mempelajari aksara Batak dari para misionaris Jerman yang menyebar luaskan aksara ini setelah misi di daerah Mandailing kurang berhasil dan pindah ke daerah Silindung.
    Diungkapkannya, nama Sisingamangaraja berasal dari Bahasa Sangsekerta yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Singa berarti hewan yang berasal dari India, Manga berarti maha dan Raja dengan makna raja atau orang yang berkuasa.
    Sementara cicit Sisingamangaraja XII Raja Tonggo Sinambela yang hadir pada kesempatan itu mengungkapkan, belum dapat mempercayai sepenuhnya informasi yang disampaikan pakar tersebut.
    Tidak cukup hanya dengan satu pendapat dari ahli karena harus dibandingkan dengan yang lainnya, ungkap Tonggo yang kini menetap di Padang Bulan Medan menjadi wiraswasta.
    Rektor Unimed Prof H Syawal Gultom diwakili Pembantu Rektor III Drs Ambarita MPd dalam sambutannya sangat mendukung upaya yang dilakukan PUSSIS sehingga misteri tentang surat-surat Sisingamangaraja dapat diketahui dengan baik.
    Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (PUSSIS) Unimed Dr Phil Ichwan Azhari mengatakan, Unimed menjadi yang pertama mengungkapkan misteri surat-surat Sisingamangaraja XII yang selama seabad ini teks aslinya tersimpan di Wuppertal Jerman.
    Karena itu beberapa kontroversi yang selama ini melekat dengan ketokohan Sisingamangaraja XII dapat tersingkap sejelas-jelasnya, terang Ichwan. (rmd)
    Sumber : http://www.analisadaily.com/ (28 November 2008)

    BalasHapus
  2. dolly friendky sihombing23 November 2010 pukul 09.51

    Medan— Pahlawan nasional Sisingamangaraja XII merupakan orang Batak pertama yang menulis surat dengan menggunakan kertas ditambah cap atau stempel khusus. Beliau juga sebagai tokoh penting yang meminta kepada para “Belanda Hitam” atau orang pribumi yang jadi tentara Belanda untuk menembakkan senjatanya kepada tuannya sendiri sebagai bentuk pemberontakan untuk membela bangsanya sendiri.
    Pakar Batak dari University of Hawaii Minoa, USAProf Dr Uli Kozok mengungkapkan hal itu pada seminar `Misteri surat-surat Sisingamangaraja XII di VIP Room Gedung Serba Guna Unimed, Kamis (27/11).
    Menurut Kozok, dari tiga cap yang digunakan Sisingamangaraja dalam penulisan surat-suratnya, tidak ada satupun yang mengisyaratkan bahwa beliau beragama Islam. “Cap tersebut tidak mendukung anggapan tersebut karena diyakini bukan berasal dari Aceh tempat Islam berkembang ketika itu, tapi merupakan Aksara Mandaling yang terpengaruh teks Jawi dan Melayu”, terang Kozok.
    Sedangkan huruf yang digunakan dalam surat Sisingamangaraja XII adalah aksara Batak Mandailing, karena dua juru tulisnya Herman Silaban dan Manse Simorangkir mempelajari aksara Batak dari para misionaris Jerman yang menyebar luaskan aksara ini setelah misi di daerah Mandailing kurang berhasil dan pindah ke daerah Silindung.(rmd)
    Sumber : http://www.analisadaily.com/ (28 November 2008)

    BalasHapus
  3. menurutsaya, sisingamara XIIjelas beragama slam, karena tidak logis beliau sampai2 menempelkan tahun hijrah baginda Rasulullah kalau hanya menghormati orang Aceh,nggk mungkin beliau benar2 menerapkan lambang2 islam, kata2 dalam bahsa Arab kalau bukan beliau seorang muslim

    BalasHapus
  4. biasalah orang kafir mentahrif sejarah,... lha wong batu nisan fatimah binti maimun yang ada di leran gresik aja dikata bandul kapal dari hindia yang dibuang di pantai gresik,..... yang jelas sisingamangaraja xii adalah pahlawan nasional insyaAllah syahid

    BalasHapus
  5. liat aja jenggot topi dan gaya baju nya macam mw pengen umroh si kawan tu lae

    BalasHapus
  6. Tu Kayaknya Hampir Mirip dengan bendera Kesultanan Aceh Darussalam.

    BalasHapus